Senin, 01 April 2024

Tugas Modul 1. 2.a.3: Refleksi Diri dan Nilai/Peran Guru Penggerak

Tugas Modul 1. 2.a.3: Refleksi Diri dan Nilai/Peran Guru Penggerak

 

Assalamualaikum bapak/ibu guru hebat. Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan refleksi diri mengenai peristiwa yang pernah saya alami saat masa pendidikan dulu. Keadaan tersebut dapat dilihat pada Trapesium Usia Saya di bawah ini.



Berdasarkan trapesium di atas dapat dilihat bahwa saya mengalami beberapa peristiwa baik positif dan negatif. Peristiwa tersebut membentuk diri saya saat ini.

 Tugas 1: Refleksi

 1.        Peristiwa Positif dan Negatif Berdasarkan Trapesium Usia

-  Peristiwa Positif

Saya lahir dan tumbuh di dalam keluarga yang sangat sederhana. Ayah saya hanyalah seorang petani yang juga bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ibu saya hanyalah ibu rumah tangga biasa, namun sesekali juga bekerja membantu perekonomian keluarga dengan berjualan. Saya sangat bersyukur dilahirkan dalam keluarga ini karena meskipun serba kekurangan, limpahan kasih sayang kedua orangtua saya amatlah besar.

Berbicara masalah pendidikan, almarhum Ayah saya adalah sosok yang paling berjasa. Usia 5 tahun 6 bulan, saya masuk sekolah dasar yakni SDN 152978 Pagaran, Sibolga, Tapanuli Tengah. Saat itu saya belum bisa membaca dan menulis hingga wali kelas saya menulis di rapor saya catatan untuk orangtua ‘Tolong ajari anak ini membaca di rumah”.  

Ayah saya yang saat itu bekerja sebagai satpam di sebuah sekolah elite sangat memperhatikan hal ini. Beliau membawakan saya banyak sekali buku bacaan, majalah, bahkan koran. Beliau setiap hari selalu membacakan saya buku, mengajari saya mengenal huruf hingga saya mulai lancar membaca dan mulai ketagihan membaca. Nilai sekolah saya mulai membaik seiring dengan hobi membaca yang sudah melekat pada diri saya. Setiap waktu luang bahkan saat sedang makan pun saya akan membaca. Orangtua saya tidak melarang bahkan semakin sering membelikan saya banyak buku. Ketika ibu mengajak saya ke pasar, saya tidak tertarik untuk membeli mainan. Saya malah meminta dibelikan majalah-majalah bekas dari majalah anak kesukaan saya ”BOBO”.

Masa-masa SD saya lewati dengan bahagia, apalagi guru saya pada saat itu Pak Torang Limbong adalah guru yang sangat inspiratif. Beliau mengajar dengan sangat baik. Setiap pagi beliau akan memberikan kami quis berupa pernyataan yang hanya perlu kami jawab dengan huruf B untuk benar dan S untuk Salah. Lalu beliau menilainya, saya suka sekali mengerjakan quis itu karena langsung dinilai oleh Pak Torang. Beliau mengajar kami tidak hanya ceramah saja. Pernah beliau menugaskan kami mencari biji/benih dari tanaman-tanaman dikotil dan monokotil ke sekolah. Saya dan teman-teman semangat sekali mencari biji-bijian sehingga pasti akan memeriksa setiap benih yang kami temukan di jalan untuk mengetahui apakah itu tumbuhan monokotil atau dikotil. Kami juga pernah mengambil sampel air dari kolam yang membiru dan menatapnya lewat mikroskop untuk melihat bakteri yang hidup disana.

Saya melewati masa SD yang bahagia dan masa SMA serta kuliah yang juga positif. Di bangku SMA saya selalu mendapat peringkat satu dan selalu menjadi juara umum. Saya juga sering mengikuti lomba olimpiade dan perlombaan lainnya sebagai utusan sekolah. Seringkali saya memperoleh kemenangan di tingkat kabupaten sehingga berkali-kali menjadi utusan kabupaten menuju provinsi. Hanya saja di tingkat provinsi saya hanya 1 kali mendapat peringkat juara IV. Ketika masa kuliah, nilai saya juga selalu baik, IPK saya selalu di atas 3.00 hingga bisa menyelesaikan pendidikan selama 3 tahun 9 bulan dengan predikat cumlaude. Jika ditanya apa motivasi terbesar saya saat itu, jawabannya adalah orangtua. Saya tidak ingin mengecewakan mereka yang telah bersusah payah banting tulang menyekolahkan saya, sehingga dengan prestasi saya yang baik saya mampu mengukir senyum di wajah kedua orangtua saya.

 -   Peristiwa Negatif

Ada beberapa peristiwa negatif yang pernah saya alami, misalnya di SD saya pernah mendapat nilai merah (5) untuk pelajaran Seni Budaya, karena saya tidak menyelesaikan tugas membuat karya dari bambu. Saat itu saya juga tidak menceritakan tugas itu pada orangtua saya karena saya lihat mereka sedang sibuk dan saya mencoba berusaha sendiri dengan bekerjasama dengan teman. Namun karena hasil lukisan saya tidak bagus di bambu itu saya pun tidak menyerahkannya pada guru. Peristiwa negatif lain lebih banyak saya alami di jenjang SMP. Saat itu saya masuk SMPN 3 Pandan. Saya masuk melalui jalur tes dan alhamdulillah dinyatakan lulus. Namun, saat itu saya kurang maksimal dalam belajar karena saya belum bisa beradaptasi dengan teman dan lingkungan baru. Guru-guru di SMP lebih galak dan sangat disiplin. Saat itu saya memiliki seorang sahabat yang sangat pintar. Teman saya ini sering memberikan contekan pada saya sehinggga saya malas untuk belajar dan hanya mencontek saja. Alhasil ketika ujian sekolah, tempat duduk saya dan sahabat saya dipisah sehingga saya hanya bisa melongo melihat soal-soal ujian tanpa bisa menjawabnya.

Keadaan itu semakin parah saat saya pindah sekolah. Saya dan ibu saya kembali ke kampung halaman untuk merawat kakek dan nenek. Ayah tetap di Sibolga untuk bekerja. Saat itu saya duduk di bangku kelas II SMP. Saya semakin tidak bisa maksimal belajar karena saya sering merasa malu kepada teman-teman yang suka mengejek nama saya yang ada marganya. Mereka tidak pernah mendengar nama Gulo sehingga saya menjadi bahan bully teman-teman, apalagi saat itu ayah saya masih di Sibolga sehinga saya tidak memiliki tempat untuk belajar. Guru di sekolah juga lebih sering memberikan buku untuk dicatat dan kami harus menghafalnya. Akhirnya saya mendapatkan rangking 22 dari 25 siswa.

Keadaan mulai membaik pasca tsunami, saat itu ayah kembali ke Simeulue. Mulailah nilai saya membaik karena setiap malam selalu belajar dengan ayah, hingga akhirnya saya menamatkan SMP dengan nilai UN tertinggi di sekolah saya. Almarhum ayah, selalu menyempatkan diri untuk menemani saya belajar setiap selesai magrib. Bagaimanapun lelahnya, ia tidak pernah lupa menanyakan pelajaran saya di sekolah. Ibu juga adalah sosok luar biasa dalam merawat saya, namu karena latar belakang pendidikan ibu, ia tidak bisa mengajari saya seperti ayah. Saya hanya belajar mengaji dengan ibu.

 2.      Pihak yang Terlibat

Dalam kedua peristiwa tersebut. Pihak yang terlibat selain saya adalah orangtua saya terutama ayah, guru di sekolah, teman sekolah, dan lingkungan sekolah. Orangtua adalah motivator utama saya, selalu menguatkan, memberi jalan dan tidak hentinya mendukung saya. Guru di sekolah di masa positif juga banyak membantu saya belajar. Mereka mengajarkan saya ilmu yang sangat bermanfaat hingga saat ini. Namun, ada juga guru di masa negatif yang justru menjatuhkan semangat saya dengan hukuman dan kata-kata yang menyakitkan. Teman sekolah ada yang menguatkan dan ada juga yang justru membuat saya kehilangan semangat karena dibully. Lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh, lingkungan sekolah yang nyaman akan menciptakan rasa aman dan nyaman.

 

3.      Dampak Emosi yang Saya Rasakan Hingga Sekarang

Berdasarkan roda emosi Plutchik, saat mengingat kembali peristiwa itu saya merasakan berbagai emosi, untuk peristiwa positif Saya merasa bahagia hidup di keluarga yang harmonis dan penuh dengan kasih sayang, saya optimis karena selalu disemangati oleh orangtua dan guru saya, saya tertarik dengan pelajaran yang diberikan oleh guru, saya percaya akan penyampaian orangtua dan guru saya, saya takjub melihat hal-hal baru yang saya pelajari, saya senang diberikan apresiasi oleh guru dan orangtua setiap kali berhasil, dan saya gembira memiliki teman-teman yang baik di masa SMA.

Untuk peristiwa negatif saya merasa: kecewa kepada beberapa guru yang pernah menghukum saya dengan tamparan hanya karena membaca komik saat jam pelajaran dan saya sedih karena pernah merasa rendah karena diejek oleh teman.

 

4.      Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?

Momen-momen tersebut masih saya rasakan dan bisa mempengaruhi saya karena hal-hal tersebut sangat berkesan. Momen tersebut tidak hanya dilihat, tetapi juga dirasakan oleh berbagai panca indra sehingga sulit terlepas dari ingatan. Hal itu juga berdampak kepada kepribadian saya. Pengalaman tersebut mendewasakan saya sehingga saya mengerti bagaimana kita harus memperlakukan oranglain dengan baik, bagaimana kita beradaptasi melalui cobaan-demi cobaan, bagaimana harus semangat dan optimis memperbaiki diri dan terus belajar, serta menajdi pribadi yang kuat dan berani mencoba hal-hal yang baru.

 

5.      Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya

Dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi saya dapat belajar bahwa hidup ini selalu bergerak dinamis. Kita tidak selalu berada pada masa dan masalah yang sama. Kita harus bisa beradaptasi dan berani menghadapi masa-masa sulit agar kehidupan berjalan lebih baik. Saya juga belajar bahwa kita tidak mampu bergerak sendiri, terkadang dibutuhkan dorongan dari orang-orang terdekat kita untuk kita dapat bangkit. Terkait peran saya sebagai guru, saya akan belajar menjadi guru yang mampu memberi motivasi. Guru yang tidak hanya memberikan teori tetapi juga mmeberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan menemukan sendiri lalu memberi penguatan akan pengetahuan tersebut. Satu hal lagi, saya akan belajar menjadi guru yang penuh kasih sayang dan kelembutan, bukan guru yang suka menghukum, memukul, dan menghakimi siswa.

 6.      Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata:  "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"?

 Guru sejati tidak hanya memaksa murid untuk belajar, namun juga menuntun murid untuk menemukan makna dari hal-hal yang dipelajari karena guru sejati tidak hanya memiliki peran sebagai pengajar namun juga pendidik yang akan membantu siswa menemukan kebahagian dan keselamatan dalam hidupnya.

 

Tugas 2Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

1.    Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Nilai-nilai yang saya rasa ada dalam diri saya adalah saya adalah saya adalah pribadi yang senang berbagi dan berkolaborasi. Saya suka berbagi ilmu yang saya miliki kepada rekan guru dan komunitas saya. Saya juga selalu berusaha menunjukkan sikap positif di sekolah mulai dari berpakaian yang rapi, tutur kata yang saya jaga, dan juga sopan santun karena saya yakin guru adalah sosok yang akan menjadi tauladan murid sehingga semua tingkah laku kita dapat ditiru oleh murid. Selama ini saya juga sering berkolaborasi dengan rekan guru untuk berbagai kegiatan sekolah. Kami sering melaksanakan program-program yang bermanfaat bagi peserta didik.

 

2.      Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Sebagai guru saya berperan sebagai pembimbing yang sering mendampingi siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Saya akan mencari cara agar mereka dapat memahami materi yang saya berikan dengan mudah. Saya suka belajar hal-hal baru yang bisa meningkatkan pengetahuan saya mengenai siswa dan cara menghadapinya.

Saat ini saya dipercayakan menjadi pimpinan sekolah. Amanah ini berusaha saya emban dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari bahwa saya masih belum berpengalaman sehingga saya selalu membuka diri dan sering mengajak guru, siswa, dan komunitas di sekolah untuk berdiskusi. Hasil masukan dari rekan guru baik dari dalam dan luar sekolah akan menjadi landasan saya dalam menyusun program-program sekolah. Saya selalu melibatkan semua warga sekolah sehingga saya tidak pernah berjalan sendirian. Semua masalah kami hadapi bersama, sehingga Alhamdulillah meski pemula, sekolah saya dapat terus memperbaiki diri sehingga di rapor pendidikan yang baru saja terbit, Alhamdulillah semua indikator sudah berwarna hijau. Semoga diri ini dapat terus menjadi pribadi pembelajar sepanjang hayat dan bermanfaat bagi semua orang.