Rabu, 17 Februari 2016

KALUT

Sungguh semakin hari semakin larut
senyummu memenggal-menggal kalut
mengintai-intai para pelaut
lalu meninggalkan bekas-bekas salut
di tiang-tiang sandaran penakut

 Aku benar sungguh takut
senyummu mulai menebar sangkut
menggerogoti bayangan pemilik janggut
menebar jala-jala di setiap mimpi yang hanyut

aku tak ingin ada yang luput
tersembunyi bagai lumut
hanya menawarkan gula bersemut
padahal di dalamnya maut


Sabtu, 13 Februari 2016

Bukan dia tetapi Dia



Ia tawarkan lagi
Lalu kubiarkan terlentang
harapannya
bersiap untuk dirangkul atau diinjak
tidak
tidak mungkin kuinjak
mungkin akan kuletakkan pada waktu yang tepat
bolehkah? tanyanya
dan waktu membisu, tak menjawab tanyanya
lalu kegenapkan yang ganjil dan kuganjilkan yang genap

apakah karena "dia" tanyanya?
bukan jawabku
bahkan aku tak berharap banyak pada"nya"
ia hanya menawarkan semu, ia pecundang jawabku

lalu?
ini karena "Dia" jawabku
aku sangat berharap pada-"Nya"
ia yang tak kutahu apakah ada dalam setiap gerak dan nafasmu
karena mungkin ia tak seberapa banyak padaku
jika Ia ada padamu, maka kau tak perlu bertanya
Aku yang milikNya akan menjadi milikmu