RESAH
Pada senja yang mengemis aku berkisah
Tentang pulauku yang resah, gelisah, dan marah
Ah, pulauku rupanya indah.
Kau tanya pada lelaki mana saja mereka pasti tak akan
sanggah
Setiap pagi pulauku terjaga
Mengetuk tiap-tiap pintu yang terbuka
Berbisik pada mereka-mereka yang lupa
Berjalan bersama wajah-wajah penuh tawa
Setiap siang pulauku datang
Membawakan dandang lalu melantunkan dendang
Ia suguhkan udang,
ia suguhkan kacang,
ia suguhkan kubang
Setiap sore pulauku berjalan-jalan memakai konde
Singgah di bale-bale lalu main lotre dua ronde
Jika menang ia pasti teriak ‘hore’
Tapi jika kalah ia pasti pulang tanpa tempe
Setiap malam pulauku pergi
bergelayut manja pada batang-batang padi
menggoda jejaka berpeci yang mengaji
lalu mengajak mereka merenungi hari
terkadang, pulauku kalut
ingin sekali bercumbu dengan laut
tak peduli pada maut, hanya demi isi perut
Ah, pulauku sempurna
riak-riak rambutnya aroma surga,
lekuk tubuhnya memanjakan mata
Dengarlah,
Halus suaranya mengusir rintik-rintik badai
Gemulai telapak kakinya menjejaki pantai
Lembut tangannya mengelus pasir-pasir landai
Namun sebenarnya ia tengah merindu
Dari bilik-bilik bambu ia menunggu nafas serdadu
Serdadu yang dulu syahdu, tak kaku, dan tak berotak batu
Sayang sekali itu hanyalah mimpi
Mereka rata-rata sudah mati
Hanya hidup pada warung-warung kopi
Tapi pandai menghitung untung rugi
Marehewaya galau di Ruang Kuliah PPG
Jumat, 13 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar