Kau sangka aku batu dungu
Tak pandai mencerna kata yang penuh cecap cumbu
Kau tawarkan aku madu
Tanpa kutahu kau suntikkan racun ulat bulu
Ah, aku tak tahu dimana kau letak nurani
Kau pandai sekali bicara soal hati
Kau berlagak suci,berlindung dibalik organisasi berujung I
Kau junjung pemberontakan pada hukum yang dikebiri
Kau juga salah satu timsesnya presiden I
Tak kusadari aku terinfeksi pada mata, pada gigi, dan pada kaki
Ku akui kau memang pandai mencuri hati
Membuat ketar-ketir sepi yang merajai diri
Menguasai belahan otak kiri
Lalu, ternyata ada dia
Dia yang kau buat seolah tiada dan sia-sia
Dia yang setia tanpa mengenal usia
Membalutmu dengan aneka rupa bahagia
Kau gila, benar-benar gila
Kau tawarkan cinta seakan-akan itu permen aneka rasa
Aku tahu, kau mencintai perasaan yang engkau jaga
Lalu kenapa, kau tebarkan pesona pada raga yang pernah luka
Aku tak ingin menyalahkanmu begitu rupa
Menghujatmu penuh amarah tak akan mengubah apa-apa
Hanya sekedar rasa yang belum semekar bunga
Justru kau menghadirkan yang sebelumnya tiada
Mengembalikan cinta yang kusangka masih bersama dia
Tak kusalahkan engkau yang bermain mata
Justru kubahagia kau torehkan warna
Hanya saja, ingatlah hai jaka lana
Sudah saatnya kau berlabuh raga
Jangan lagi kau suguhkan ragu, rayu, dan pilu
Wanita tak berhati batu, meski mungkin sedikit dungu
Hati mereka rapuh, mudah layu, tapi tak kaku
Layaknya sang ibu, mereka juga penuh rindu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar