
Merinduimu, lelaki yang cintamu tak habis-habisnya padaku
Merinduimu, lelaki yang menitikkan bulir-bulir asa di depan mereka untukku
Merinduimu, lelaki yang merelakan tubuhmu disayat-sayat masa untuk melindungiku
Merinduimu, lelaki yang menahan perihnya luka, hinaan, cemoohan hanya untukku
Sungguh... Aku merinduimu
Kau tahu, terkadang aku bertanya-tanya, mengapa kau curang padaku
Kau berjanji padaku akan menghadapi dunia bersama-sama
Akan mewujudkan mimpi-mimpiku
Lalu mengapa?
Mengapa tak menungguku?
Setidaknya hingga kukuat dan berani melepaskan diri darimu
Mengapa tak kau katakan padaku?
Siang itu, saat aku mendengar suaramu, mengapa tak kau katakan padaku perih di hatimu, dadamu, perutmu, jantungmu?
Mengapa?
Kau tak ingin aku merasakan sakitnya?
Kau tahu?
Aku marah pada diriku
Aku membenci diriku
Sungguh, aku tak ingin menjadi aku
Seserang yang tak pantas untukmu
Bahkan saat kau terluka pun aku tak disana dan menggenggam tanganmu
Memberimu kekuatan menghadapi "-nya" seperti engkau yang selalu menggenggam tanganku di saat apapun itu
Kau katakan bahwa kau baik-baik saja dan aku begitu bodohnya percaya
Aku bahkan tak sempat meminta sedikit maafmu
Aku merinduimu
Semoga tersampaikan rinduku padamu lewat doa-doa yang kukirimkan untukmu
Namun, kau tahu, aku bukan anak yang sholeh seperti yang mereka katakan
Tersampaikankah doaku padamu?
Padamu ayah? lelaki pertama dan terakhir di hatiku
Aku merinduimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar