Senin, 25 Januari 2016

Biru



Kecipak biru
kugenggam erat tali jantungku
gantungan nyawaku
serasa tak ingin kulepas
hingga gigil kehilangan ruhnya

dan tak pernah bosan-bosan
menatap helai-helai yang bergelayut manja di ubun-ubun
jatuh dari mata
mengalir bersama senyum
mengerling lalu tertawa

Selalu kusuka dan selalu kurindu
mencicip sisa-sisa aroma
menyecap rasa yang mewujud dalam rupa berbeda
bukan-bukan rasanya
tapi pecahannya yang tak utuh
mengalir dalam darahku dan darahnya
menjadi sari-sari, menjadi darah
berdetak bersama



Kamis, 14 Januari 2016

DOA

Kugantungkan doa-doa di langit
Kusampaikan dalam setiap deru nafas
Kulekatkan dalam setiap ayunan langkah

semoga dimudahkan
semoga dimudahkan
semoga dimudahkan
tidak hanya untukku
tapi juga untuk mereka yang berjuang
berjuang melawan ketidaktahuan
berjuang melawan ketakutan
berjuang melawan keegoisan

Padamu, pemilik raga
kugantungkan doa-doa
agar mudah jalan kami meraih jati diri menjadi guru sejati

Rabu, 13 Januari 2016

IBUNDA



Engkau adalah bumi, Mama
aku adalah angin yang kembara.
Engkau adalah kesuburan
atau restu atau kerbau bantaian.

Kuciumi wajahmu wangi kopi
dan juga kuinjaki sambil pergi
kerna wajah bunda adalah bumi.
Cinta dan korban tak bisa dibagi.


=W.S RENDRA=

Senin, 11 Januari 2016

Jangan Lagi


Jangan-jangan lagi kau usik teduh angin
Ia sudah berdamai dengan laut malam ini
Jangan-jangan datang lagi menghampiri
Jalanan sudah bersih, tak perlu kau injak lagi

Pergilah dengan diam, tak perlu menoleh-noleh lagi ke belakang
Yang sudah berlalu biarkan saja menghilang
Tak perlu kau abadikan dalam kenangan
Bahkan seringan kapas genggam ini melepasmu

Sekarang ia sedang menghapus jejakmu
meniupnya pelan-pelan dari bilik-bilik rindu
Begitu mudah, cukup dengan senyum manisnya
terbakar asa menatap wajahnya, begitu jernih

Lalu,, tak perlu lelah mencari jawabnya karena waktu selalu berkisah
jangan-jangan lagi kau usik teduh angin

Bukan Pualam

Kupikir pualam ternyata kerikil tajam
Kusangka intan berlian ternyata kaca murahan 
Kusangka emas ternyata hanya loyang tempahan
Ahhh jauh sekali engkau dari yang kubayangkan kawan
Kau kehilangan cahayamu yang dulu membuatmu berbinar
Kini, bagiku, bahkan kau sama seperti mereka-mereka yang basi
Hanya cuap-cuap tak berisi




Minggu, 10 Januari 2016

TAMAN

TAMAN

Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia


(Chairil Anwar)


Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon bunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
 (Sapardi Djoko Darmono)

SIA-SIA

Penghabisan kali itu kau datang
Membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
Darah dan suci.
Kau tebarkan di depanku
Serta pandang yang mematikan: Untukmu.

Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.

Sehari itu kita bersama.Tak hampir menghampiri.

Ah! Hatiku tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

(Chairil Anwar)

AKU INGIN  

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada

 (Sapardi Djoko Darmono)