
Kecipak biru
kugenggam erat tali jantungku
gantungan nyawaku
serasa tak ingin kulepas
hingga gigil kehilangan ruhnya
dan tak pernah bosan-bosan
menatap helai-helai yang bergelayut manja di ubun-ubun
jatuh dari mata
mengalir bersama senyum
mengerling lalu tertawa
Selalu kusuka dan selalu kurindu
mencicip sisa-sisa aroma
menyecap rasa yang mewujud dalam rupa berbeda
bukan-bukan rasanya
tapi pecahannya yang tak utuh
mengalir dalam darahku dan darahnya
menjadi sari-sari, menjadi darah
berdetak bersama